Penulis : Remy Sylado
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun terbit : April 2002
Cetakan ketiga, Maret 2004
Jumlah
hlm : 616
ISBN : 979-9023-72-6
Bisa
dikatakan novel ini merupakan novel fiksi yang menyentil persoalan masa orde
baru. Kebusukan-kebusukan oknum tertentu direfleksikan dengan tokoh Oom Sam sebagai
biangkerok dari seluruh masalah yang berkomplot dengan adiknya sendiri yang
memiliki kedudukan penting di kepolisian, SSS. Sedangkan Myrna sebagai tokoh
utama hampir membuat saya putus asa karena kepolosannya. Meski pandai berbijak
diri, Myrna nyatanya tidak kunjung dapat melakukan hal yang berpengaruh sampai
akhir kisahnya.
Banyaknya pengetahuan lagu-lagu standar oleh Myrna dan Luc, juga syair-syair yang dihapalkan di luar kepala oleh Dela, membangun suasana khas dari novel ini. Tiap tokoh digambarkan begitu berkarakter dan kompleks hidupnya. Namun sayang, beberapa tokoh yang ‘dimatikan’ begitu saja membuat cerita terkesan klise.
Penggunaan bahasa daerah; Jawa, Sunda, dan Bali, disamping bahasa Inggris membuat pembaca harus membaca dua kali untuk memahaminya, namun saya rasa penulis cukup berperan dalam membantu melestarikan bahasa daerah.
Oh ya, tadinya dari judul novel ini, saya sempat mengira bahwa akan terasa kental bahasan agamisnya, tetapi tidak sama sekali. Penulis sama sekali tidak menyentil urusan kepercayaan menyeluruh, namun memang sedikit menuangkan pikiran ketidaktepatan kepercayaan atheis.