Sunday 30 November 2014

Resensi


Judul Buku      : Kerudung Merah Kirmidzi
Penulis            : Remy Sylado
Penerbit          : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun terbit     : April 2002
                        Cetakan ketiga, Maret 2004
Jumlah hlm      : 616
ISBN             : 979-9023-72-6


Bisa dikatakan novel ini merupakan novel fiksi yang menyentil persoalan masa orde baru. Kebusukan-kebusukan oknum tertentu direfleksikan dengan tokoh Oom Sam sebagai biangkerok dari seluruh masalah yang berkomplot dengan adiknya sendiri yang memiliki kedudukan penting di kepolisian, SSS. Sedangkan Myrna sebagai tokoh utama hampir membuat saya putus asa karena kepolosannya. Meski pandai berbijak diri, Myrna nyatanya tidak kunjung dapat melakukan hal yang berpengaruh sampai akhir kisahnya.

Banyaknya pengetahuan lagu-lagu standar oleh Myrna dan Luc, juga syair-syair yang dihapalkan di luar kepala oleh Dela, membangun suasana khas dari novel ini. Tiap tokoh digambarkan begitu berkarakter dan kompleks hidupnya. Namun sayang, beberapa tokoh yang ‘dimatikan’ begitu saja membuat cerita terkesan klise.

Penggunaan bahasa daerah; Jawa, Sunda, dan Bali, disamping bahasa Inggris membuat pembaca harus membaca dua kali untuk memahaminya, namun saya rasa penulis cukup berperan dalam membantu melestarikan bahasa daerah.

Oh ya, tadinya dari judul novel ini, saya sempat mengira bahwa akan terasa kental bahasan agamisnya, tetapi tidak sama sekali. Penulis sama sekali tidak menyentil urusan kepercayaan menyeluruh, namun memang sedikit menuangkan pikiran ketidaktepatan kepercayaan atheis.