Thursday 12 September 2019

Catatan Anak Tiri

14 Tahun yg lalu..
Sosoknya pernah berjanji bahwa ia akan bersedia menemani dan mengurus kami layaknya anak kandung.
Kenyataannya, kami semua mental (re: terlempar keluar) akan aturan-aturan dan sikap keras hatinya.
Sosoknya mengajarkan kami bahwa sebaik-baiknya ibu tiri tetaplah ibu yg kurang nurani.
Tidak ada anak yg sempurna, begitu pun dgn orangtuanya.
Ketika seseorang memiliki luka pengasuhan/ masa lalu yg belum tersadarkan dan disembuhkan, maka ia akan terus menyakiti lingkungan sekitar.
Dampaknya?
Keegoisan🙂
Kami hidup untuk Allah, datang dari Allah, dan akan kembali pada Allah.
Kami pun belajar kehidupan dari pengalaman diri sendiri, juga pengalaman orang lain, termasuk perilaku orang lain terhadap kami.
Sangat baiknya Allah tetap membimbing kami ke jalan yg dapat membangun keluarga dgn baik, meski panutan kami (re: orangtua) berantakan.
Tidak sedikit, anak-anak yg memiliki hubungan tidak harmonis; masa lalu yg tidak sehat, masih berkeinginan dan mampu berkeluarga.
Di luar sana, banyak yg seperti kami berakhir sbg pecandu narkoba, trauma bersosialisasi hingga bunuh diri.
Kami tumbuh dgn kesadaran sendiri utk menjadi pribadi yg lebih baik lagi,
meski di matanya kami bukan anak-anak yg dididik dgn baik.
Allah yg menyuruh kami untuk selalu berharap kepada-Nya, dan jangan berharap kepada manusia karena pasti akan kecewa.
Untuk itu, doa kami yg tiada putus adalah diberikan kesehatan batin, kelapangan hati untuk senantiasa mensyukuri seluruh nikmat hidup dari-Nya.
Biarkan manusia menilai, bukankah Allah yg Maha Mengetahui apa yg ada di dalam dada kami (manusia)? Al Ankaboot: 10

Salam
Kami yg terluka oleh ibu tiri

Tulisan ini saya dedikasikan untuk Adik yg baru saja genap 19 tahun.

No comments:

Post a Comment