Sabtu di sore hari setelah turun hujan, aromanya masih menggoda penghiduanku untuk
menyapa alam. Kutengok luar jendela kamarku, terlihat jelas rumput rumah
tetangga serta jalan setapak basah dihujani air dari langit. Pohon di ujung
jalan menambah kerindangan sore itu. Ingin sekaliku berjalan mengawasi
sekeliling daerah rumahku, “pastinya banyak kejadian-kejadian yang mungkin
jarang aku temui di tempat lain.” ucapku.
Dengan
memakai sweater berwarna merah dan membawa payung lipat sebagai persiapan
apabila hujan akan turun lagi setelahnya, akupun berjalan menggunakan sandal
jepit hitam yang baru saja aku peroleh dari teman semenjak kepulangannya dari
Bali. Ya, aku senang berjalan seorang diri sekadar menikmati kesendirianku
mendalami pemikiran maupun menambah pengalamanku mendapatkan hal-hal baru.
Waktu
menunjukkan pukul 4 menjelang 5 sore, aku rasa ini belum terlalu sore untukku
berjalan sendiri selagi masih di lingkungan rumah. Jalanku pelan melewati
sebuah kedai kecil, pangkalan ojek dan beberapa rumah berderet rapi cukup sepi.
Namun, ketika aku keluar dari jalan setapak menuju jalan yang lebih luas kiniku
menemukan beberapa kendaraan berlalu lalang. Mulai dari sepeda motor, mobil
bahkan yang olahraga sore menggunakan sepeda juga ada. Aku rasa ini cukup
menarik, jalan licin atau basah tak menjadikan mereka menghentikan mereka
beraktivitas.
Udara
dingin menyadarkan bahwa hari akan segera gelap, aku masih saja penasaran
dengan aktivitas-aktivitas apalagi yang ada di sekitar rumahku. Tak jauh dari
arah dimana aku berdiri saat itu, mataku tertuju pada sekerumunan orang yang
sedang mengantri di satu kedai menjelaskan bahwa disana menjual ‘Surabi
Durian’. Sepertinya itu cukup menggunggah selera disaat setelah hujan,
orang-orang memang selau mencari sesuatu yang dapat menghangatkan dan
mengenyangkan perut terutama di udara dingin seperti ini.
Aku
bukan pecinta buah besar berduri itu, namun aku sedikit tergoda dengan rasa
yang diciptakkan olehnya. Walau jika terlalu banyak, aromanya dapat mengganggu
penghiduanku maka aku tak terlalu suka makan berlebih. Hanya sekadar ingin
mencicipi atau sebagai memuaskan keinginan perutku karena disaat setelah hujan
keinginan untuk makan dapat 2 kali lipat dari biasanya.
Aku
berbaris mengantri bersama orang-orang yang juga ingin menikmati rasa dari
berbagai macam surabi itu. Daftar menu bertuliskan beragam jenis durian yang
dikombinasikan oleh doping lain, seperti strawberry, kacang, cokelat, pisang,
dan lain-lain. Sebagai pecinta keju, yang menjadi tujuan utamaku adalah
mencicipi surabi sore ini dengan rasa kejunya saja. Rasa yang diciptakan oleh
buah durian digabung dengan parutan keju pasti akan semakin lebih nikmat di
lidah.
Ternyata
benar, surabi hangat sudah siap dihidangkan dan aku nikmati. Aromanya pun
hangat, manis seakan tak sanggup aku ungkapkan lagi. Memintaku untuk lekas
menyantapnya, ditemani segelas susu cokelat hangat menambah kenikmatan soreku
itu. “Tak sia-sia aku berjalan cukup jauh dari rumah.” Ungkapku.
Rintikan
gerimis turun lagi, mendinginkan situasi lagi, melaparkan isi perutku lagi.
Sepertinya aku masih betah disini, tak ingin pulang. Aku mengambil ponsel di
saku celanaku dan mengirim pesan ke seorang teman sebagai penawaranku menikmati
surabi bersama sekaligus menemaniku mengobrol hingga tak terasa haripun larut
malam. Akan terasa lengkap sabtu dinginku itu dengannya, ya sebut saja ia
kekasihku.
No comments:
Post a Comment