Tuesday 23 December 2014

RESENSI FILM


Judul                  : Pendekar Tongkat Emas
Sutradara            : Ifa Isfansyah
Produser             : Mira Lesmana, Riri Riza
Penulis Naskah    : Jujur Prananto
Pemain         : Christine Hakim, Nicholas Saputra, Reza Rahadian, Eva Celia, Tara Basro, Aria Kusumah, Landung Simatupang, Whani Darmawan, Slamet Rahardjo, Darius Sinathrya, Prisia Nasution
Genre                 : Aksi (action)

 
Lima hari setelah premiere Pendekar Tongkat Emas, saya pun menyaksikan film yang akhirnya ga melulu bahas percintaan ataupun bergenre horor sama sekali meskipun back sound dari film ini benar-benar buat saya tegang apalagi ditiap adegan petarungan. Awalnya, memang saya tidak begitu tertarik dengan film yang terdengar dari judulnya agak jadul gimana gitu ya, tapi jujur kali ini saya akan membahas butir-butir kelebihan pada film ini.

Film dibuka dengan narasi suara teduh khas Christine Hakim yang langsung membuat hati merenung karena kedalaman filosofinya. Setelah itu, mata akan dimanjakan oleh alam Sumba Timur yang sungguh luar biasa indah.  Pendekar Tongkat Emas ini berkisah tentang Cempaka, Sang Pendekar Sakti pewaris terakhir ilmu jurus Tongkat Emas Melingkar Bumi yang berencana menurunkan ilmunya kepada salah satu muridnya. Namun, sebelum ia berhasil menurunkan ilmunya, Cempaka tewas terbunuh. Lalu, apa konflik setelahnya? Nonton sendiri ya filmnya.. saya tidak mau spoiler :D

Menurut saya, semua pemain menyatu dalam film ini. Banyaknya pemain papan atas semakin membuat film ini memberi kesan yang begitu “wah”. Semua tidak saling menonjolkan diri tapi terasa pas dalam satu film.

Baru kali ini mata saya dimanjakan sepanjang film berlangsung. Selain lokasi film yang cantik nan indah, tata suara yang tepat tiap momennya hingga quote-quote inspiratif menghiasi film ini. Ga heran sih, ada Seno Gumira Atmaja masuk sebagai salah satu penulis skripnya. Salah satu kutipan yang saya ingat “Sanggupkah menahan diri untuk tidak menang karena sesungguhnya tidak ada kemenangan dalam ilmu apapun ketika kemenangan selalu menjatuhkan korban.”


Ada banyak hal yang dapat saya petik dari film berdurasi 112 menit ini. Ada nilai kesetiaan memegang janji dan menepati konsekuensi apabila melanggarnya. Ada nilai kerja keras dan semangat tak menyerah yang harus terus dikobarkan demi mencapai cita-cita. Dan juga, film ini mengajarkan betapa kepentingan orang banyak harus didahulukan di atas kepentingan diri sendiri. Sungguh, saya menyukai film ini. Sudah semakin jarang film bagus yang mengusung nilai-nilai edukasi bagi yang menontonnya. Ada scene romantisnya memang, namun ga konsen ke arahsana melainkan konsisten mengeksplore tetap pada sisi action-nya.

Oh iya, saya harus mengapresiasi akting Tara Basro yang totalitas banget pada aktingnya. Sangat menjiwai! Saya terbawa suasana dan sampe sebel liat dia yang terkesan licik. Tapi saya sadar, akting yang baik itu yang membuat penonton melibatkan emosinya, bukan?

Harapan saya, semoga semakin banyak PH yang terinspirasi untuk terus meramaikan industri kreatif dalam bidang perfilman dengan karya yang mengutamakan kualitas bukan hanya segi kuantitas. Semoga film ini punya efek yang sama dengan laskar pelangi seperti di belitung dulu, ya ;)

No comments:

Post a Comment