Belakangan ini, lagi tertarik banget baca dan ngikutin berita politik.
Awalnya cuma mau meyakini Pilkada 15 Februari nanti hak pilih akan saya berikan ke
paslon nomor berapa. Walaupun gak semua media nunjukin kebenaran, tapi sebagai
manusia berakal kita bisa menilai baik dan buruk seseorang. Untuk itu, kali ini
saya mau menyampaikan pendapat “Kenapa saya tidak akan memilih pemimpin noni
aka non-muslim/Islam”
Bagi saya, pemimpin merupakan salah satu
yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan suatu masyarakat. Dalam Islam
pun, kepemimpinan dianggap salah satu aspek yang sangat penting. Apalagi yang tentu kita juga tahu, semua
persoalan yang menyangkut kehidupan ummat manusia sudah ada aturan yang sangat
jelas dan mendalam.
Selain Qs Al Maidah: 51 yang sedang ramai
digembor-gemborkan, masih banyak kita temukan ayat-ayat Alqur’an yang
menegaskan larangan memilih kaum kafir sebagai pemimpin, salah satunya:
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di
dalam Alqur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan
diolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta
mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya
(kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya
Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di
dalam Jahannam,” Qs An Nisaa: 140
FYI: Kafir tidaklah
identik dengan sesuatu yang keras atau berpaham keras yang kemudian wajib
dimusnahkan. Sebenarnya definisi kafir itu banyak, tinggal pilih definisi yang
secara harfiah atau secara etimologi. Kafir secara harfiah berarti orang yang
menyembunyikan atau mengingkari kebenaran. Dalam terminologi kultural kata ini
digunakan dalam agama Islam untuk merujuk kepada orang-orang yang mengingkari
nikmat Allah (sebagai lawan dari kata syakir, yang berarti orang yang
bersyukur).
Etimologi
Kafir
berasal dari kata kufur yang berarti ingkar, menolak atau menutup. Jadi menurut
syariat Islam, manusia kafir yaitu mengingkari Allah sebagai satu-satunya yang
berhak disembah dan mengingkari Rasul Muhammad SAW sebagai utusan-Nya.
1.
Kafir Harbi, yaitu kafir yang menjadi musuh Allah, musuh
Rasulullah, dan musuh kaum Muslimin. Kafir ini selalu membenci Islam, dan
senantiasa menumpahkan darah kaum Muslimin. Mereka tidak henti-hentinya
memerangi umat Islam, menyiksa, membunuh, membantai, dsb.
Terhadap
kafir jenis ini, maka membalas perlakuan mereka dengan memerangi mereka adalah
kewajiban yang mesti segera dilakukan. Namun, karena saat ini Islam tidak
memiliki negara (Khilafah Islamiyah), maka keadaan kaum Muslimin sangat
menyedihkan, karena tak ada yang membela.
2.
Kafir dzimmi, yaitu kafir yang tidak memusuhi Islam,
sebaliknya, mereka adalah kafir yang tunduk kepada aturan negara Khilafah
sebagai warga negara, meskipun mereka tetap dalam agama mereka.
Terhadap
kafir jenis ini, tak ada masalah, justru negara Khilafah melindungi mereka. Hak
dan kewajiban mereka sama dengan kaum Muslim.
Artinya
:"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh
Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah),
(Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka
membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk." Qs. At
Taubah: 29
Karena
hal ini menyangkut sebuah tata kelola Pemerintahan, sehingga beda konteknya
dengan sebuah institusi korporasi, yang mana sebuah perusahaan berbeda dengan
sebuah negara dan administrasi negara. Jika perusahaan pemiliknya adalah
perorangan yang menjadi pimpinan, sedangkan sebuah negara pemiliknya adalah
rakyat yang kemudian menunjuk seorang pemimpin untuk memimpin. Maka, karyawan
dan penduduk itu jelas berbeda.
Saya gak ngajak kalian benci orangnya, bahkan agamanya.
Tapi ini lebih kepada sebagai muslim meyakini bahwa tidak pantas non muslim
menguasai rakyat yang mayoritas muslim. Kenapa demikian?
Karena memang Allah melarangnya. Islam itu tinggi,
artinya di atas, bukan di bawah, bukan berada dalam kekuasaan noni. Sangat tidak
pantas Islam sebagai agama mulia, tertinggi malah
dikuasai oleh seorang noni.
“Jika
orang Islam tidak makan daging babi, bukan berarti orang Islam disuruh membenci
babi dan membenci orang yang makan daging babi. Orang Islam tidak makan daging
babi, karena perintah agama Islam memang melarang makan daging babi.”
Demikian
halnya, jika orang Islam memilih pemimpinnya yang beragama Islam, bukan berarti
orang Islam disuruh membenci pemimpin yang bukan Islam. Orang Islam harus
memilih pemimpinnya yang beragama Islam, karena perintah agamanya memang
seperti itu, jadi bukan masalah SARA, ini adalah perkara menjalankan keagamaan.
Yang
tidak boleh itu berdusta, berdusta itu lebih jahat dan lebih merusak negeri
yang kita cintai ini. Insya Allah kita semua selalu ada dalam perlindungan
Allah SWT, hidup saling menghormati dengan segala perbedaan yang kita miliki.
Jangan ada kekerasan dan dusta. J