Wednesday, 18 January 2017

HAK PILIH SAYA TIDAK UNTUK NONI

Belakangan ini, lagi tertarik banget baca dan ngikutin berita politik. Awalnya cuma mau meyakini Pilkada 15 Februari nanti hak pilih akan saya berikan ke paslon nomor berapa. Walaupun gak semua media nunjukin kebenaran, tapi sebagai manusia berakal kita bisa menilai baik dan buruk seseorang. Untuk itu, kali ini saya mau menyampaikan pendapat “Kenapa saya tidak akan memilih pemimpin noni aka non-muslim/Islam”

Bagi saya, pemimpin merupakan salah satu yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan suatu masyarakat. Dalam Islam pun, kepemimpinan dianggap salah satu aspek yang sangat penting. Apalagi yang tentu kita juga tahu, semua persoalan yang menyangkut kehidupan ummat manusia sudah ada aturan yang sangat jelas dan mendalam.

Selain Qs Al Maidah: 51 yang sedang ramai digembor-gemborkan, masih banyak kita temukan ayat-ayat Alqur’an yang menegaskan larangan memilih kaum kafir sebagai pemimpin, salah satunya:

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Alqur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam,” Qs An Nisaa: 140

FYI: Kafir tidaklah identik dengan sesuatu yang keras atau berpaham keras yang kemudian wajib dimusnahkan. Sebenarnya definisi kafir itu banyak, tinggal pilih definisi yang secara harfiah atau secara etimologi. Kafir secara harfiah berarti orang yang menyembunyikan atau mengingkari kebenaran. Dalam terminologi kultural kata ini digunakan dalam agama Islam untuk merujuk kepada orang-orang yang mengingkari nikmat Allah (sebagai lawan dari kata syakir, yang berarti orang yang bersyukur).

Etimologi
Kafir berasal dari kata kufur yang berarti ingkar, menolak atau menutup. Jadi menurut syariat Islam, manusia kafir yaitu mengingkari Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah dan mengingkari Rasul Muhammad SAW sebagai utusan-Nya.

1. Kafir Harbi,  yaitu kafir yang menjadi musuh Allah, musuh Rasulullah, dan musuh kaum Muslimin. Kafir ini selalu membenci Islam, dan senantiasa menumpahkan darah kaum Muslimin. Mereka tidak henti-hentinya memerangi umat Islam, menyiksa, membunuh, membantai, dsb.

Terhadap kafir jenis ini, maka membalas perlakuan mereka dengan memerangi mereka adalah kewajiban yang mesti segera dilakukan. Namun, karena saat ini Islam tidak memiliki negara (Khilafah Islamiyah), maka keadaan kaum Muslimin sangat menyedihkan, karena tak ada yang membela.

2. Kafir dzimmi,  yaitu kafir yang tidak memusuhi Islam, sebaliknya, mereka adalah kafir yang tunduk kepada aturan negara Khilafah sebagai warga negara, meskipun mereka tetap dalam agama mereka.
Terhadap kafir jenis ini, tak ada masalah, justru negara Khilafah melindungi mereka. Hak dan kewajiban mereka sama dengan kaum Muslim.

Artinya :"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk." Qs. At Taubah: 29

Karena hal ini menyangkut sebuah tata kelola Pemerintahan, sehingga beda konteknya dengan sebuah institusi korporasi, yang mana sebuah perusahaan berbeda dengan sebuah negara dan administrasi negara. Jika perusahaan pemiliknya adalah perorangan yang menjadi pimpinan, sedangkan sebuah negara pemiliknya adalah rakyat yang kemudian menunjuk seorang pemimpin untuk memimpin. Maka, karyawan dan penduduk itu jelas berbeda.

Saya gak ngajak kalian benci orangnya, bahkan agamanya. Tapi ini lebih kepada sebagai muslim meyakini bahwa tidak pantas non muslim menguasai rakyat yang mayoritas muslim. Kenapa demikian?

Karena memang Allah melarangnya. Islam itu tinggi, artinya di atas, bukan di bawah, bukan berada dalam kekuasaan noni. Sangat tidak pantas Islam sebagai agama mulia, tertinggi malah dikuasai oleh seorang noni.

“Jika orang Islam tidak makan daging babi, bukan berarti orang Islam disuruh membenci babi dan membenci orang yang makan daging babi. Orang Islam tidak makan daging babi, karena perintah agama Islam memang melarang makan daging babi.
Demikian halnya, jika orang Islam memilih pemimpinnya yang beragama Islam, bukan berarti orang Islam disuruh membenci pemimpin yang bukan Islam. Orang Islam harus memilih pemimpinnya yang beragama Islam, karena perintah agamanya memang seperti itu, jadi bukan masalah SARA, ini adalah perkara menjalankan keagamaan. 
Yang tidak boleh itu berdusta, berdusta itu lebih jahat dan lebih merusak negeri yang kita cintai ini. Insya Allah kita semua selalu ada dalam perlindungan Allah SWT, hidup saling menghormati dengan segala perbedaan yang kita miliki. Jangan ada kekerasan dan dusta. J

No comments:

Post a Comment